Pemerintah Indonesia telah mencanangkan ambisi untuk menggunakan 100% energi terbarukan pada 2060 mendatang, seraya menargetkan akses listrik yang merata pada 2024. Ini bukan capaian yang mudah, tapi Indonesia punya kapasitas untuk melakukannya.
Berbagai keputusan yang diambil sekarang akan menentukan langkah jangka panjang menuju netralitas karbon. Para pemimpin pun dihadapkan dengan satu pertanyaan utama: apakah mereka akan mengambil peluang untuk proaktif membentuk pasar baru yang dinamis atas transisi energi atau justru dibentuk oleh dinamika yang ada.
Laporan kami menggarisbawahi langkah-langkah yang perlu diambil oleh Indonesia dalam menyelaraskan visi dengan eksekusi yang harus dilakukan untuk memungkinkannya selangkah lebih maju menuju sistem energi masa depan.
Untuk wawasan terkait lainnya di Asia Tenggara, kunjungi laporan Meninjau Ulang Energi di Asia Tenggara.
Dengan ongkos produksi energi yang dioptimalkan, pangsa pasar dari pembangkit listrik tenaga terbarukan dapat menjadi 3-4 kali lebih besar dari target saat ini.
Target netralitas karbon Indonesia pada tahun 2060 dapat dicapai dengan menambahkan energi terbarukan dan solusi penyeimbangan pada teknologi yang sudah ada, sekaligus bertahap menghapus pembangkit listrik yang tidak fleksibel.
Dalam skenario netralitas karbon, Indonesia dapat mengurangi hingga 23% biaya listrik rata-rata (LCOE) dan menghemat US$ 1,3 miliar per tahun.
Dengan beralih ke sistem energi terbarukan yang fleksibel pada tahun 2060, Indonesia dapat melakukan lebih dari sekadar mengurangi emisi. Ambisi ini juga dapat mentransformasi sektor energi dengan terciptanya pasar yang kompetitif dan terderegulasi yang mampu melayani ribuan pulau dengan lebih baik untuk memastikan setiap lapisan masyarakat memiliki akses ke listrik yang bersih dan andal.
Wärtsilä Optimis Transisi Indonesia Menuju Netralitas Karbon pada 2060 Berjalan Lancar, Pangkas Emisi dan Beban Pajak Karbon Lebih dari 20%
Wärtsilä Corporation, Berita lokal, 14 September 2022 at 09.00 UTC+2
Febron Siregar
Sales Director, Indonesia, Wärtsilä Energy